Tommy Soeharto Goyang Jokowi

Tommy Soeharto. foto ist

JAMBITERBIT.COM, JAKARTA - Tommy Soeharto kembali menyerang pemerintah. Selain sal utang yang semakin besar, Ketua Umum Partai Berkarya itu juga masalah ekonomi era pemerintahan Jokowi diman ketergantungan terhadap asing dan utang luar negeri yang semakin besar. Kegiatan ekonomi masyarakat kecil tidak berkembang. Tommy juga menyerang tentang KKN yang makin marak dan makin menggila dibanding saat Orde Baru.

Pengamat politik Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta, Sidratahta Mukhtar menilai, dalam konstelasi politik di tahun politik, apalagi dalam kapasitas sebagai tokoh utama Partai Berkarya, maka manuver Tommy menjadi penting. Sebab tanpa kritik yang membangun maka pemerintahan saat ini bisa kebablasan dan tanpa arah. Oleh karenanya kontrol merupakan bagian dari pembangunan nasional dan daerah.

"Saya setuju KKN makin parah dan massif dalam pemerintahan daerah di era reformasi, tapi saya setuju bahwa fokus ke pembangunan infrastruktur perlu dilakukan. Hanya saja harus pertimbangkan kapasitas dan daya dukung masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukannya," paparnya kepada Harian Terbit, Selasa (11/9/2018).

Terkait Papuan, kata Sidratahta, isu tentang model pembangunan yang tepat untuk Indonesia dewasa ini memang cocok dibahas dalam konteks masa depan Papua. Apalagi jurus pembangunan oleh rezim-rezim kekuasaan pasca Orba pun tak mampu pembuat orang Papua bisa optimistis akan pembangunan yang cocok untuk hari depan mereka.

"Sudah triliunan rupiah dana Otsus digelontorkan ke Papua tapi toh tak membuat lahirnya pembangunan yang tepat untuk Papua," ujar Sidratahta.

Menurutnya, karena  pembangunan di Papua yang tidak tepat, sambung Sidratahta, Tommy Soeharto mengkritisi gagalnya pembangunan di Papua dan tawarannya tentang kembali ke Soeharto way dengan pembangunan, stabilitas dan pemerataannya. Model pembangunan oleh Suharto memang pernah membuat Papua (Irja) bisa cukup maju dijamannya. Sehingga tidak diragukan lagi keberhasilan Soeharto di Papua.

Terkait ada anggapan justru di era Soeharto Papua paling menderita, Sidratahta menuturkan, jika kita langsung tanya ke masyarakatnya tentu berbeda dengan isu umum pembangunan Papua yang gagal pada masa Orba. Karena justru di era Soeharto toleransi umat beragama justru bagus pada era Soeharto. Selain itu Suharto juga bisa membangun sarana-sarana ibadah umat beragama, termasuk masjid-masjid di Papua.

Kritik

Sementara itu tokoh muda asal Papua Natalius Pigai mengemukakan, pada tahun 2014, saya ikut andil menangkan Jokowi sebesar  93 persen di Papua. “Dan Satu Kabupaten kelahiran saya, kampung halaman saya menangkan Jokowi Menang 100% dan Prabowo 0%. Itu hanya saya yg bisa lakukan,” ujar Pigai.

Pigai mengemukakan dirinya akan membuat malu Jokowi di Papua bukan karena dia dukung Prabowo, karena bagi rakyat papua Jokowi maupun Prabowo sama saja tidak bermanfaat. “Jokowi jangan sombong bisa menang di Papua meski suara kami tidak signifikan secara nasional. Tetapi ini tanda-tanda  Jokowi  ketakutan,” ujar Pigai.

Sementara itu pengamat politik dari Point Indonesia (PI) Karel Susetyo mengatakan, Tommy tengah mengalami delusi bahwa rakyat sedang "Rindu Soeharto". Padahal hanya sebagian kecil rakyat saja yang jumlahnya tidak siginifikan yang rindu Suharto. Apalagi jika konteksnya  Papua maka wilayah itu justru salah satu daerah yang paling menderita (selain Aceh), akibat kebijakan keamanan yang super ketat di zaman Orba.

"Tentu berbeda jauh situasi nya dibandingkan era Jokowi, dimana Papua maju pesat," paparnya.
Oleh karena itu, sambung Karel, kritik Tommy terhadap pemerintahan saat ini merupakan tawaran Tommy kepada publik. Namun dipastikan jualan "Rindu Orba" yang dilakukan Tommy tidak akan laku. Karena sudah empat kali pemilu pasca Orba, parpol-parpol bentukan Cendana dan berafiliasi ke Orba tidak ada yang bisa survive alias tidak laku. Jika pun ada juga yang merindukan Orba maka jumlahnya tak cukup signifikan.

"Saya rasa publik sudah cerdas dalam melihat kelamnya sejarah Orba. Apalagi pemilih Pilpres 2019 sekitar 55 persen adalah mereka yang tidak pernah hidup di jaman Orba alias pemilih milenial," jelasnya.

Seperti diketahui Tommy Soeharto kembali menyerang pemerintah. Serangannya kali ini dilontarkan ketika Ketum Partai Berkarya itu mengunjungi Wamena, Papua.  Caleg dapil Papua ini berbicara tentang ekonomi dan utang pemerintah yang semakin besar. Menurut Tommy, untuk membawa perubahan ekonomi Indonesia, pemerintah harus menerapkan Trilogi Pembangunan, yang pernah dilaksanakan pada masa Orde Baru.

"Saya melihat selama 20 tahun reformasi malah menurun di mana ketergantungan terhadap asing dan utang luar negeri yang semakin besar. Kegiatan ekonomi masyarakat kecil tidak berkembang," katanya saat ditemui di Wamena.

Trilogi pembangunan yang dimaksud adalah stabilitas nasional yang dinamis, pertumbuhan ekonomi tinggi, serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya sebagai landasan penentuan kebijakan politik, ekonomi, dan sosial dalam melaksanakan pembangunan negara.

Sebelum menyerang soal utang, Tommy juga menyerang tentang KKN yang makin marak. Menurut Tommy, di era seperti saat ini, KKN makin menggila dibanding saat Orde Baru.Tommy menyentil pemerintahan pascareformasi. Baginya, tidak ada perbaikan dalam pembangunan di Indonesia.
"Reformasi janjikan KKN hilang, tapi nyatanya makin parah. Utang luar negeri semakin besar. Investasi asing pun semakin dimanja," kata Tommy, Minggu (22/7). (Harian Terbit/Safari)
Diberdayakan oleh Blogger.