Poros Ketiga Bisa Kalahkan Jokowi dan Prabowo
![]() |
Jokowi dan Prabowo. Foto Istimewa |
JAMBITERBIT.COM, JAKARTA - Pembentukan poros ketiga di pilpres
2019 semakin mencuat setelah calon presiden masih berkutat di antara dua
nama saja: Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto. Poros baru ini
diwacanakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan menggandeng sejumlah
partai termasuk PAN dan PKS. Sejumlah kalangan memprediksi poros ini
sangat kuat sehingga bisa mengalahkan poros pertama (Jokowi) dan poros
kedua (Prabowo).
Partai Amanat Nasional (PAN) juga menyatakan siap membentuk poros
koalisi baru bersama PKB dan Demokrat. “Poros koalisi itu diinginkan PAN
untuk memudahkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menjadi calon presiden,”
kata Ketua DPP PAN Yandri Susanto.
Bagi PAN calon presiden alternatif di luar Jokowi dan Prabowo masih
mungkin memenangkan pertandingan. “Masih memungkinkan untuk menang,”
kata Yandri.
Hal sama disampaikan pengamat Zulkifli Ahmad, menurutnya poros ketiga
akan sangat kuat dan bisa mengalahkan pasangan capres/cawapres poros
pertama dan kedua, jika memunculkan capre/cawapres yang diinginkan
rakyat, diluar AHY, Muhaimin Iskandar, Zulkifli Hasan.
“Mereka adalah ekonom Rizal Ramli, Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo,
Tuan Guru Bajang (TGB) Zianul Majdi.yang bisa jadi pilihan baru. Ini
tokoh-tokoh yang bisa menyaingin Jokowi dan prabowo,: ujar Zulkifli.
Seperti diketahui, poros pertama yang dipimpin PDIP dengan mencalonkan
kembali Jokowi. Didalamnya terdapat partai Golkar, Nasdem, Hanura, dan
PPP. Sedangkan poros kedua, ada Gerindra dan PKS dengan mengusung
Prabowo.
Kedua poros ini sudah memenuhi ambang batas bawah kursi parlemen dan
suara. Poros ketiga yang dimaksud ialah koalisi partai di luar pendukung
Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengakui
telah bertemu Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno dan Wakil Sekjen PKB
Lukmanul Hakim untuk membahas Pilpres 2019, termasuk soal kemungkinan
membentuk poros ketiga untuk mengusung capres selain dua nama itu.
"Kami berdiskusi membuat itu (pilpres) pasangan lebih dari satu.
Kemudian ada istilah poros ketiga, supaya publik merespons baik," kata
Hinca di Kawasan SCBD, Jakarta.
Belum lama ini. Partai Amanat Nasional (PAN) juga menyatakan siap
membentuk poros koalisi baru bersama PKB dan Demokrat. “Poros koalisi
itu diinginkan PAN untuk memudahkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan
menjadi calon presiden,” kata Ketua DPP PAN Yandri Susanto
Direktur Riset Monitor Indonesia Ali Rif’an mengatakan Pilpres 2019
akan diikuti tiga poros koalisi: poros Cikeas (Demokrat, PAN, dan PKB),
poros Teuku Umar (PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, Nasdem, PPP), poros
Hambalang (PKS dan Gerindra).
Menurutnya, poros Cikeas masih berpeluang memenangkan Pemilu Presiden
2019. Hal ini karena berdasarkan survei yang dilakukan Poltracking
jumlah pemilih loyal Jokowi masih di bawah 30 persen. Artinya Jokowi
tidak serta merta memenangkan pemilihan presiden dalam satu putaran.
Situasi yang dihadapi Jokowi berbeda dengan yang dimiliki Susilo Bambang
Yudhoyono saat Pemilu Presiden 2009.
Kala itu, SBY berhasil menang satu putaran karena tingkat elektabilitas
pemilih loyalnya di atas 60 persen. Apalagi, menurut Ali, tingkat
kepuasan masyarakat terhadap SBY saat cukup tinggi. “Strong voters-nya
itu, pemilih loyalnya itu, di era SBY sampai 60 persen. Jokowi ini masih
30 persen,” kata Ali.
“Artinya kan ada 70 persen swing voters yang bisa dibawa ke mana-mana.
Kalau misalnya Prabowo itu 25 persen, berarti masih ada 45 persen.”
Wacana untuk memunculkan poros ketiga mendapat dukungan dari Wakil
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang Politik Dalam
Negeri, Priyo Budi Santoso.
"Feeling saya ini kalau untuk kepentingan demokrasi kita bersama itu
bagus kalau muncul poros ketiga," ujar Priyo di Gedung ICMI, Jakarta
Pusat. Sebab menurutnya, kalau hanya ada dua poros dalam Pilpres 2019
mendatang, akan mengulang kerasnya suksesi di 2014.
"Jadi kalau head to head antara Jokowi Prabowo dengan pasangan
masing-masing, ini akan terjadi pertarungan kayak kemarin (Pilpres
2014)," ucap Priyo.
Dari kacamata demokrasi, mengulang kejadian Pilpres 2014 tidak masalah.
Namun, Priyo menganggap akan sangat bagus jika dimunculkan poros
ketiga.
Demokrat
Pengamat politik asal Universitas Paramadina Hendri Satrio menjelaskan
poros ketiga di bawah komando Demokrat bisa diterima bila calon yang
diusung tidak hanya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saja.
Menurutnya, Demokrat bisa mengajukan nama lain yang memiliki elektabilitas bagus kepada calon parpol koalisi poros baru.
"Jadi kalau mau poros ketiga tersebentuk Demokrat sodorkan nama lain
selain AHY. Ada nama Chairul Tanjung ataupun Tuan Guru Bajang (TGB)
Zianul Majdi yang bisa jadi pilihan baru," kata Hendri kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (9/3).
Hendri meyakini nama TGB yang menjabat sebagai Gubernur Nusa Tenggara
Barat (NTB) lebih mudah diterima parpol muslim seperti PAN dan PKB.
Sementara Chairul Tanjung akan lebih mudah diterima karena kharisma dan
kekuatan finansialnya.
Menurut Hendri, nama-nama di luar AHY bisa dikeluarkan saat rapat
pimpinan nasional (Rapimnas) Partai Demokrat yang akan dimulai besok.
Mengantongi suara parpol 10,19 persen, Hendri yakin Demokrat bisa
memimpin poros baru untuk merangkul PKB (9,04 persen suara), dan PAN
(7,59 persen suara).
Lebih dari itu, Hendri menambahkan bukan tidak mungkin PKS yang
terlihat semakin mesra dengan Partai Gerindra bisa berbalik mendukung
poros ketiga jika figur yang ditawarkan lebih menarik. Dia mengatakan hal itu bisa saja terjadi jika elektabilitas Prabowo Subianto tidak kunjung beranjak naik.
Penulis : Sammy/Alee
Sumber : harianterbit