Kisah Kakek Ma’Mun, Korban Selamat dari Gempa Karena Baca Al-Qur’an dan Zikir, Dewi Melahirkan di Pengungsian

CIANJUR - Dewi, seorang warga melahirkan di tenda pengungsian korban gempa Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11). Bayi tersebut diberi nama Gempita Shalihah Kamil.

Soal kelahiran Dewi dibagikan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil atau Kang Emil lewat akun resmi twitternya, @ridwankamil. Emil mengaku dimintai oleh sang ibu untuk memberikan nama anak tersebut.

"Gempita Shalihah Kamil, nama yang saya berikan untuk bayi perempuan yang lahir di tenda pengungsian. Kebetulan ibunya, Ibu Dewi, meminta saya memberi nama," kata Emil.

Emil mengatakan, bayi tersebut adalah bayi ketiga yang lahir di tenda pengungsian.

Sambil menggendong bayi tersebut, Emil menjelaskan alasan kenapa menamai Gempita Shalihah Kamil. Emili berkata Gempita diambil dari waktu dan peristiwa saat anak itu dilahirkan, yakni gempa.

Lalu, nama tengahnya, Shalihah adalah doa agar bayi itu tumbuh menjadi anak yang saleh. Sementara, Kamil diambil dari nama belakangnya dan memiliki arti bagus. "Kamil, artinya agar jadi manusia yang paripurna," ujarnya.

Emil berpendapat bahwa di balik ujian bencana yang melanda, Tuhan juga memberikan rahmat. "Dengan lahirnya bayi-bayi yang akan meneruskan perjalanan peradaban manusia ini," ucapnya dilansir CNNIndonesia.com.

Kakek Merangkak

Di antara puing-puing rumah yang berjatuhan, Ma'mun (77) menceritakan kisahnya selamat dari bencana gempa saat berada di dalam masjid di kampungnya, yakni kampung Barukaso, Desa Sukamulya, Kabupaten Cianjur.

Dirinya merangkak secara perlahan di antara puing-puing yang masih terus berjatuhan. "Jongkok saya pelan-pelan keluar dari masjid," kata Ma'mun kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/11).

Kala gempa mengguncang Cianjur dan sekitarnya pada Senin (21/11) siang, Ma'mun baru saja selesai melaksanakan ibadah Salat Zuhur di sana.

Saat itu dirinya tengah berzikir dan hanya tersisa dirinya saja di dalam masjid tersebut, sementara jamaah yang lain telah lebih dulu meninggalkan lokasi. "Itu saya lagi baca wirid, tiba-tiba bruk bruk brak pada jatuh, saya pasrah," ujar Ma'mun. "Iya sisa sendiri, yang lain udah pulang," timpalnya.

Ma'mun mengaku ketika itu dirinya sudah pasrah, ia melindungi kepalanya sembari bibirnya tidak henti-henti melantunkan ayat suci Al-Quran.

"Saya duduk saja sambil baca-baca nutup kepala, merem. Alhamdulillah saya selamat, tapi masjidnya hancur, itu masjid peninggalan bapak saya," ungkapnya.

Sampai pada akhirnya Ma'mun berhasil merayap keluar sembari berusaha melindungi kepalanya. Syukur, dirinya lolos tanpa tanpa bekas luka sedikit pun. "Alhamdulillah ini saya selamat, Alhamdulillah sehat walafiat, nggak ada luka," pungkasnya. ***

Dirinya merangkak secara perlahan di antara puing-puing yang masih terus berjatuhan. "Jongkok saya pelan-pelan keluar dari masjid," kata Ma'mun kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/11).

Kala gempa mengguncang Cianjur dan sekitarnya pada Senin (21/11) siang, Ma'mun baru saja selesai melaksanakan ibadah Salat Zuhur di sana.

Saat itu dirinya tengah berzikir dan hanya tersisa dirinya saja di dalam masjid tersebut, sementara jamaah yang lain telah lebih dulu meninggalkan lokasi. "Itu saya lagi baca wirid, tiba-tiba bruk bruk brak pada jatuh, saya pasrah," ujar Ma'mun. "Iya sisa sendiri, yang lain udah pulang," timpalnya.

Ma'mun mengaku ketika itu dirinya sudah pasrah, ia melindungi kepalanya sembari bibirnya tidak henti-henti melantunkan ayat suci Al-Quran.

"Saya duduk saja sambil baca-baca nutup kepala, merem. Alhamdulillah saya selamat, tapi masjidnya hancur, itu masjid peninggalan bapak saya," ungkapnya.

Sampai pada akhirnya Ma'mun berhasil merayap keluar sembari berusaha melindungi kepalanya. Syukur, dirinya lolos tanpa tanpa bekas luka sedikit pun. "Alhamdulillah ini saya selamat, Alhamdulillah sehat walafiat, nggak ada luka," pungkasnya. ***

Editor: Zahroni Terbit

sumber : harianterbit.com

Diberdayakan oleh Blogger.