Hari Pahlawan, 5 Film Bertema Perjuangan Ini Memberimu Inspirasi
Foto : harianterbit.com |
JAKARTA - Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan yang jatuh setiap 20 November. Ini untuk mengenang jasa pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk kemerdekaan Indonesia.
Untuk mengenang jasa para pahlawan, banyak diantara mereka yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Indonesia. Namun ternyata ada juga lho yang namanya dipakai di negara selain Indonesia.
Namun di masa kini tidak semua pahlawan harus berjuang layaknya perintis kemerdekaan. Mereka juga tidak mengenakan jubah maupun pelindung besi. Namun upaya mereka untuk Tanah Air juga menjadi inspirasi.
Berikut ini adalah 5 rekomendasi film perjuangan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda.
- Susi Susanti: Love All (2019)
Film biopik yang bercerita tentang perjalanan hidup ratu bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti yang berhasil menyabet medali emas pertama untuk Indonesia dalam Olimpiade Musim Panas 1992 di Barcelona.
Susi membuktikan bahwa untuk menjadi seorang pahlawan, prestasi tinggi bukanlah hal utama, melainkan seberapa besar pengorbanan yang dilakukan untuk tanah air tercinta.
Sosok Susi Susanti diperankan dengan sangat apik oleh Laura Basuki yang kemudian mengantarkannya menjadi Aktris Terbaik Festival Film Indonesia 2020.
- Gie (2005)
Dibuat berdasarkan buku harian berjudul ‘Catatan Harian Seorang Demonstran’ yang ditulis oleh seorang aktivis mahasiswa keturunan Tionghoa bernama Soe Hok Gie.
Sosok Gie yang kritis serta memiliki semangat perjuangan tinggi dan rasa cinta yang besar pada Indonesia membuatnya menjadi pribadi yang menolak berbagai bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah kala itu.
Dalam yang dirilis pada tahun 2005 ini, sosok Gie diperankan oleh Nicholas Saputra. Akting cemerlang Nicholas membuatnya meraih penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2005. Film ini juga memenangkan kategori Film Terbaik.
Baca Juga: Ramalan Tarot Mingguan 8 -14 November 2022 untuk 6 Zodiak: Leo, Keberuntungan akan Terus Berlanjut
3. Srikandi (2016)
Berkisah tentang perjuangan 3 atlet pemanah asal Indonesia bernama Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani yang berhasil meraih medali perak di Olimpiade Seoul 1988.
Saat itu cabang olah raga panah beregu berada pada titik kritis dimana pelatih Donald Pandiangan yang dijuluki sebagai “Robin Hood Indonesia” harus memutar otak untuk dapat menyiapkan tim pemanah wanita dalam waktu yang singkat, terpilihlah ketiga wanita tersebut dengan berbagai intrik yang terjadi dalam kehidupan mereka masing-masing.
Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan, dan Tara Basro terpilih untuk memerankan ketiga srikandi tersebut. Reza Rahadian juga berakting sebagai Donald Pandiangan dalam film yang dirilis pada tanggal 4 Agustus 2016 ini.
- Kartini (2017)
Diadaptasi dari sosok pejuang emansipasi wanita yang terkenal dengan buku berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ bernama Raden Adjeng Kartini. Film ini rilis pada 19 April 2017 dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Berlatar belakang tahun 1900, ketika perempuan memiliki akses yang terbatas pada pendidikan membuat Kartini resah. Ia pun berjuang agar semua perempuan bisa mendapat hak yang setara dengan cara mendirikan sekolah bagi kaum miskin serta menciptakan lapangan pekerjaan untuk semua masyarakat Jepara bersama kedua saudarinya, Roekmini dan Kardinah.
Sederet nama besar hadir dalam film ini seperti Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai R. A Kartini, Christine Hakim, Acha Septriasa dan Ayushita. Film ini menjadi film dengan nominasi terbanyak di ajang FFI 2017, memenangkan 1 kategori yakni Pemeran Pendukung Wanita Terbaik yang diraih oleh Christine Hakim.
- Wage (2017)
Dirilis bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2017, Wage mengisahkan tentang tokoh pencipta lagu kebangsaan, Indonesia Raya yang diperankan oleh Rendra Bagus Pamungkas.
Film ini akan menyuguhkan lika-liku kehidupan sang komponis, Wage Rudolf Soepratman yang masa kecilnya mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari ayahnya dan ditinggal mati oleh sang ibu, serta perjuangannya dalam membantu kemerdekaan Indonesia dengan caranya sendiri, yakni musik.
Disebut-sebut sebagai salah satu film noir yang pernah dibuat oleh sineas tanah air, film yang disutradarai oleh John de Rantau ini seolah menunjukkan bahwa perjuangan tak melulu harus dilakukan menggunakan fisik, namun bisa juga melalui lagu.***