BPK Pertanyakan Perekrutan 21 Penyidik KPK yang Kalah Sama Anak SD
![]() |
foto: harianterbit.com |
JAMBITERBIT.COM, JAKARTA - Puluhan pemuda yang tergabung dalam Barisan Penegak Keadilan (BPK) kembali mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Aksi kali ini BPK mempertanyakan proses perekrutan penyidik yang tidak melalui tahapan-tahapan atau mekanisme koridor hukum yang disepakati oleh KPK itu sendiri. Sehingga proses perekrutan penyidik tersebut terlihat kalah dengan semangat sekolah dasar atau SD.
"Pengangkatan 21 penyidik KPK tanpa melalui proses yang ditetapkan sungguh memalukan. Masa dalam menjalankan lembaga pemberantasan korupsi ini, KPK kalah sama SD. Ini aneh bin ajaib. Anak SD saja pakek tes, masa penyidik KPK tak pakek tes," kata Koordinator BPK Ahmad di depan Gedung KPK, Jakarta, Jumat (17/5/2019).
Menurut Ahmad, polemik yang terus berkutat dalam eksistensi KPK selama ini, diduga kuat karena pengaruh hasrat politik yang sudah mengintervensi lembaga antirasuah tersebut. Hal itu mulai dilihat dari persoalan penyidik senior KPK Novel Baswedan disebut berafiliasi dengan partai Gerindra, upaya mengembalikan penyidik Polri yang bekerja profesional kepada institusi, hingga perekrutan 21 penyidik yang tidak sesuai dengan ketentuan.
"KPK terus membuat polemik. KPK seakan-akan bekerja tidak sesuai koridor hukum yang ada. KPK sebagai lembaga yang semangatnya menuntaskan persoalan korupsi mulai rapuh. dengan demikian maka para koruptor bakal merajalela," tuturnya.
Ahmad berujar, 21 penyidik KPK baru yang dilantik sebagai penyidik berpotensi ditunggangi kelompok tertentu dalam proses pemberantasan korupsi karena dituding tidak mahir dalam bidangnya.
"Mereka akan lebih mudah mengeksekusi kompititor lawan politik yang berafiliasi dengan KPK. ini sangat berbahaya semua akibat KPK tidak netral," sebutnya lagi.
Lebih jauh, Ahmad mendesak agar Komisi III memanggil Agus Rahardjo cs untuk mengevaluasi internal mereka yang sudah tidak kondusif lagi akibat perekrutan penyidik tanpa tes.
"Komisi III harus bergerak, harus di evaluasi," pungkasnya. (Harian Terbit/Safari)