Masuk Musim Penghujan, Petani Sayur Merasa Terbantu

Kebun sayur. foto jambiterbit.com

JAMBITERBIT.COM, MUAROJAMBI - Setelah mengalami kekering karena kemarau belum lama ini petani sayur kini mulai terbantu sejak turun hujan dari pertengahan Agustus 2018 lalu. Setidaknya intensitas hujan yang mulai tinggi mengurangi aktivitas petani menyiram tanaman sayur yang baru disemai hingga menjelang panen.

Suratno (38) petani sayur di Desa Kebonsembilan mengaku menyiram tanaman sayur 2 hingga 3 kali sehari saat kekeringan oleh kemarau. Namun kini hanya satu kali pada tengah hari saja, bahkan terkadang seharian tidak disiram, cukup mendapatkan air dari curah hujan.

Pria paroh baya yang tinggal di Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi tersebut telah puluhan tahun bekerja sebagai petani sayur menggarap lahan orang lain dengan sistem bagi hasil.

Kendaraan pengangkut sayur.foto jambiterbit.com
"Kalau musim kemarau susah, capeknya itu karena tanaman harus disiram terus. Ditambah lagi sumber air agak jauh jadi harus dialirkan pakai selang panjang. Tentu saja ini menambah biaya oprasional," ujar Suratno, Minggu (2/9/2018) petang.

Hal senada juga dikatakan Tugirah (34) istri Suratno. Memang kalau musim kemarau harga jual sayur relatif lebih tinggi ketimbang pada musim penghujan. Namun volume hasil panen berkurang karena banyak tanaman yang mati.

"Sama saja, kalau kemarau mahal tapi sayuran mati, sedangkan penghujan murah tapi sayuran berlimpah. Kalau terjual habis hasilnya tak jauh berbeda," terangnya.

Menurut Tugirah, biaya operasional yang paling besar digunakan petani sayur terletak pada kebutuhan pupuk. Karena sayuran juga memakai pupuk kimia seperti urea dan HCL selain pupuk kandang dari kotoran ayam atau lembuh.

"Tapi yang namaya rezeki telah diatur Yang Maha Kuasa, ada aja. Ya cukup untuk makan dan biaya sekolah anak sudah lumayan. Kalau mau kaya, kan sudah banyak orang kaya," gurau Tugirah tanpa beban. (hel)
Diberdayakan oleh Blogger.