Tajuk: Rupiah Ambruk Dunia Usaha Kian Terpuruk
![]() |
Istimewa |
NILAI tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat
(18/5/2018) sore bergerak melemah sebesar 99 poin menjadi Rp14.144
dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.045 per dolar AS.
Akibat melemahnya rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada Jumat, juga ditutup melemah sebesar 32,61 poin.
"Mata uang rupiah yang melemah menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi IHSG kembali berada dalam area negatif," ujar Analis
Teknikal Panin Sekuritas William Hartanto.
IHSG BEI ditutup melemah 32,61 poin atau 0,56 persen menjadi 5.783,31,
sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun
8,01 poin (0,86 persen) menjadi 918,89.?
Kondisi melemahnya rupiah tentu saja membuat pelaku usaha ketar-ketir,
bahkan jika rupiah menembus angka Rp14-15 ribu, bukan tidak mungkin
dunia usaha bangkrut.
Industri batik Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, kian terpuruk terkait
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Para produsen batik
resah karena biaya produksi secara otomatis naik menyusul menurunnya
rupiah terhadap mata uang dollar AS.
Ujung-ujungnya, pelemahan rupiah itu akan memicu naiknya harga-harga
kebutuhan hidup, terutama beras atau sembilan bahan pokok naik
gila-gilaan. Maka, jumlah rakyat miskin akan terus bertambah, dan
semakin banyak rakyat yang kelaparan.Selain itu, pelemahan rupiah juga
akan mendorong peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) dan sebagian
besar indikator ekonomi makro.
Ya, posisi rupiah seperti itu memang sudah menjadi lampu kuning, atau
menurut ekonom senior Dr Rizal Ramli, anjloknya rupiah ini adalah sebuah
wake up call untuk pemerintahan Jokowi. Bila tidak segera diatasi atau
ditangani dengan kebijakan yang benar dan terarah, nilai rupiah akan
terus tertekan, ambruk.
Apalagi dolar akan terus menekan rupiah. Maka, sudah bisa dipastikan
nilai tukar rupiah bisa menembus angka Rp15 ribu terhadap dolar Amerika
Serikat. Jika menembus angka Rp15 ribu per dolar AS , tentu akan
menghantam permodalan lima bank nasional.
Meski sudah dalam posisi lampu kuning, yang bisa mengarah sangat
membahayakan, namun tampaknya pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla termasuk
para menterinya terutama menteri ekonominya, tampak santai-santai saja.
Mereka sama sekali tidak membuat dan merumuskan kebijakan yang cerdasdan
canggih agar rupiah menjadi perkasa.
Pemerintah tidak bisa dan tidak boleh hanya terus-menerus bicara
soal-soal mikro, seperti infrastruktur, proyek, dan lainnya. Pemerintah
juga harus canggih dalam merumuskan kebijakan dan berbicara tentang
ekonomi makro.
Melihat kondisi rupiah seperti itu, publik berharap pemerintah harus
bertindak, antara lain dengan membuat dan merumuskan kebijakan di bidang
ekonomi dengan cerdasdan canggih agar rupiah menjadi perkasa.
Pemerintah jangan diam saja, dan jangan lagi membuat pernyataan asal
nyeplak.
Selain itu, Bank Indonesia yang diberikan kewenangan untuk
mengendalikan moneter seharusnya bertindak dengan menggunakan beragam
instrumen yang ada. Misal melakukan aksi seperti menurunkan suku bunga
atau membuat kebijakan terkait fiskal atau lainnya. Bukankah di BI itu
banyak orang cerdas tapi mengapa masih diam saja?
Kita berharap Presiden Jokowi dan para menteri di bidang ekonomi segera
bertindak, jangan diam saja menyaksikan nilai tukar rupiah yang terus
anjlok. Bila diam saja, rakyat yang menjadi korban.
(***/harianterbit)