Sebagian Warga Sungaigelam Mulai Kesulitan Air Bersih
![]() |
Tanaman cabai yang masih bertahan kendati kondisi lahan tanam mulai mengering. foto jambiterbit.com |
"Saat ini Rp 30 ribu per tedmon ukuran sedang, sebelumya hanya Rp 25 ribu sekitar 2000 liter," ujar Merry (39) ibu rumah tangga (IRT) yang tinggal di Kecamatan Sungaigelam, Selasa (14/8/2018).
Keringnya beberapa sumber air tidak hanya dikeluhkan warga, petani palawija di sana juga terancam gagal panen. Kalau sebelumnya tanaman sayur disiram dua hingga tiga kali sehari, kini hanya sekali itupun tak rata. Hal itu menyebabkan tanaman kering.
"Kita memang ada sumur bor khusus untuk menyiram tanaman, namun karena panas terik, tanaman masih banyak yang kering dan mati," kata salah seorang petani sayur di sana.
Pantauan dilapangan, setiap hari pemilik sumur bor menjual air bersih dengan menggunakan mobil. Para pelanggan cukup menghubungi nomor telepon dan air siap diantar ke alamat.
"Kalau masalah harga bisa di nego, tergantung jarak tempuh dan jauh dekatnya lokasi rumah konsumen," sebut Sardi salah seorang sopir yang kerapkali memasok air bersih ke pelanggan.
Menurut Sardi musim kemarau merupakan berkah tersendiri bagi pemilik sumur bor yang menjual air bersih. Namun demikian dirinya tidaklah berharap akan terjadi kemarau panjang.
"Sebenarnya kasihan para petani, kerena kemarau panjang menyebabkan kekeringan pada lahan kebun dan tanaman banyak yang mati," tandasnya. (red/hel)