Harga Murah, Warga Terkesan Enggan Menjual Buah Pinang


MUAROJAMBI - Saat ini penampung buah pinang kering hanya berani membeli dengan harga Rp 13 ribu per kilogram. Harga ini jauh lebih murah dari sebelumnya yakni Rp 20 ribu per kilogram. 

Sebulan lalu, buah pinang kualitas super memang agak mahal, Rp 18 hingga 20 ribu per kilogram. Saat ini hanya Rp 13 ribu untuk yang kering. Sedangkan yang masih basah hanya Rp 10 ribu per kilogram. 

Irwan (40) penampung pinang di Jambi meng-iya-kan saat ini harga pinang sedang turun. Dia tidak berani menaikan harga karena harga jual di pabrik juga murah. 

"Memang harga pinang lagi turun , yang kering saja 13 ribu dan yang masih basah 10 ribu. Itupun kita lihat dulu, jika warnanya hitam, saya belum mau terima," ujar Irwan, Selasa (11/01/22). 

Penampung lainya juga mengatakan hal yang sama. Malahan, untuk saat ini penampung buah pinang di perbatasan Kota Jambi dan Kabupaten Muarojambi ini, belum mau menerima. 

"Betul, harga pinang anjlok. Untuk sekarang kita belum belanja dulu," kata penampung yang tak ingin namanya ditulis ini, tanpa menyebutkan alasannya. 

Anjloknya harga pinang tak hanya membuat penampung ogah membeli. Namun, warga di Muarojambi yang biasa menjual pinang juga jadi malas panen. 

Buah pinang yang telah masak terkesan dibiarkan jatuh sendiri ke tanah. Kalaupun dikumpulkan, tidak diolah dan dijemur, melainkan digantung di depan rumah memakai tali rajut . 

Juarni (30), warga Sungaigelam, hari itu membawa pulang kembali sekarung buah pinang kering ke rumahnya. Dia tidak jadi menjual karena harga terlampau murah. 

"Tidak jadi mas, murah nian. Tunggu saya kumpulkan dulu sampai banyak," kata Juarni. 

Saat itu, ibu rumah tangga (IRT) yang tinggal di Desa Tangkit Lama ini berniat menjual pinang ke penampung. 

Namun, karena harganya murah, akhirnya karung berisi pinang seberat 19 kilogram itu, dibawa kembali pulang ke rumah.

"Biasanya sekarung ini duitnya hampir 500 ribu, ini cuma 200 ribu. Aku bawa pulang dulu saja, tunggu  sampai harganya naik," pungkasnya. (Rizal Ependi)
Diberdayakan oleh Blogger.