Memperkuat Karakter Kebangsaan di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

JAKARTA - Museum sebagai lembaga informal memiliki peranan strategis dalam media pembelajaran. Hal ini dikarenakan, museum selain tempat penyelamatan, penyimpanan, dan pemajangan warisan sejarah bangsa di masa lalu, juga memainkan peran ke arah peningkatan kehidupan berbangsa yang lebih cerdas, berkepribadian, dan berkarakter.

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti yang berdiri sejak tahun 2014, merupakan gagasan Presiden ke-enam Susilo Bambang Yudhoyono dengan tujuan sebagai ruangan yang menyimpan jejak langkah kepemimpinan para Presiden RI yang telah puma bakti. Perjalanan para pemimpin bangsa Indonesia meninggalkan benda-benda bersejarah berupa foto, buku, lukisan, benda seni, dan catatan bernilai sejarah yang menjadi koleksi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

 Museum Balai Kirti yang terdiri dari Galeri Kebangsaan, Galeri Kepresidenan dan Perpustakaan setiap tahunnya didatangi oleh sekitar 80 ribu pengunjung. Nama “Balai Kirti” yang berasal dari Bahasa Sanskerta memiliki makna sebagai bangunan yang menyimpan dan memamerkan berbagai benda peninggalan bersejarah, yang pernah membawa kemasyuran.

Dengan demikian, pendirian museum ini bertujuan sebagai rujukan sejarah mengenai kisah kemasyhuran para pemimpin bangsa Indonesia, serta menjadi inspirasi bagi generasi muda tanah air.

 "Pengenalan museum sebagai basis penguatan pendidikan karakter berbangsa saat ini sudah mulai masif dilakukan, hal ini karena dalam upaya membangun bangsa dibutuhkan kepribadian yang matang, mandiri, dewasa, bertanggungjawab, dan memiliki sikap nasionalisme. 

Di tengah era globalisasi seperti saat ini, masyarakat khususnya generasi muda harus banyak dikenalkan dalam wawasan kemuseuman yang bersifat edukatif," ungkap Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Dewi Murwaningrum di Bogor kepada Realita.co, disela-sela acara seminar webinar, bertemakan “Menggalang Solidaritas Kehidupan Berbangsa Melalui Penguatan Karakter di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Minggu (18/10/2020).

Dewi menjelaskan bahwa fungsi museum sebagai lembaga pendidikan informal dapat dinikmati oleh masyarakat dan dikontekstualisasikan dengan kondisi saat ini untuk penguatan pendidikan karakter.

"Hal ini sejalan dengan visi dan misi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti yaitu terwujudnya museum yang representatif dalam melestarikan dan mengkomunikasikan nilai - nilai perjuangan Presiden RI untuk memperkokoh karakter dan jati diri bangsa," kata Dewi.

 erkait hal tersebut, dalam upaya mensukseskan penguatan pendidikan karakter bangsa di museum dan sekaligus menyambut hari ulang tahun ke-6 Museum Kepresidenan RI Balai Kirti mengadakan rangkaian kegiatan sebagai bentuk edukasi dan sosialisasi museum kepada masyarakat. " Ada lomba bercerita lomba dongeng untuk tingkat SMA yang diikuti oleh banyak sekali pelajar dari Sabang (Aceh) hingga Merauke (Papua) sehingga kita berharap bahwa museum Balai Kirti ini bisa mengedukasi teman-teman dan siswa-siswi dari Sabang hingga Merauke," jelas Dewi.

 Seminar yang dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2020 tersebut, bertepatan dengan hari lahir Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan dibuka oleh Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, dengan pembicara kunci Ainun Na'im, selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Turut hadir sebagai pembicara, antara lain ; mantan Mendikbud , M. Nuh,  Kepala Pusat Pendidikan Karakter Kemendikbud RI, Hendarman, Walikota Parepare, Taufan Pawe, Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, Asmara Abigail (pekerja seni) dan Analisa Widyaningrum (Psikolog). (sumber : harianterbit.com)

 

Diberdayakan oleh Blogger.