Imbas Resesi, Kemiskinan dan Pengangguran Melonjak Tajam

 

HanTer - Berbagai kalangan memprediksi angka pengangguran dan kemiskinan bakal naik signifikan saat Indonesia masuk jurang resesi. Sebab, perekonomian Indonesia saat ini sudah terdampak hebat dan diperkirakan pertumbuhannya akan terus negatif sampai akhir tahun. Hal ini dipastikan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

"Pengangguran dan juga angka kemiskinan diperkirakan akan naik cukup signifikan di mana kemiskinan kemungkinan akan naik sekitar 3,02 juta hingga 5,71 juta orang. Dan pengangguran meningkat kurang lebih 4 juta-5,23 juta orang," kata Irjen Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sumiyati di Jakarta, Rabu (30/9/2020).

Guna memitigasi dampak COVID-19 terhadap kesejahteraan masyarakat, sambungnya, dibutuhkan suatu kebijakan yang luar biasa untuk menjaga agar dampak sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 tidak berkembang menjadi sangat berat dan berkelanjutan

"Pemerintah telah merespons data pandemi COVID-19 dengan mengeluarkan berbagai macam paket kebijakan sejak dikeluarkannya Perppu No.1 Tahun 2020 yang sudah menjadi UU No.2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan atau stabilitas sistem keuangan," terang dia.

Pengangguran Naik

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, semenjak adanya pandemi COVID-19 sektor ketenagakerjaan terkena imbas yang luar biasa dahsyat. Awalnya, angka pengangguran, sempat turun dari 7.050.000 orang menjadi 6.800.000. Namun, adanya COVID-19 membuat datanya kembali naik.

Berdasarkan data di Kementerian Ketenagakerjaan, total pekerja kena PHK maupun dirumahkan melonjak sebanyak 3,5 juta orang. Sehingga, bila dijumlah dengan total 6,8 juta tingkat pengangguran terbuka sebelumnya, maka total orang menganggur di Indonesia kini telah mencapai kurang lebih 10,3 juta.

Lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin Indonesia hingga Maret 2020 lalu sudah mencapai 26,42 juta orang, terdiri dari kemiskinan di daerah perkotaan sebesar 11,16 juta orang atau 7,38% dan di daerah perdesaan sebesar 15,26 juta orang atau 12,82%.

Angka kemiskinan perkotaan naik 1,3 juta orang dari 9,86 juta orang pada September 2019 menjadi 11,16 juta orang pada Maret 2020. Sedangkan, angka kemiskinan di perdesaan mengalami kenaikan 333,9 ribu orang dari 14,93 juta orang pada September 2019 menjadi 15,26 juta orang pada Maret 2020.

Tak Seburuk 98

Disisi lain, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang, menilai kondisi ekonomi yang diprediksi mengalami kontraksi dan membawa pada resesi pada triwulan III-2020 tidak akan seburuk krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada1998.

"Kami melihat fundamental ekonomi masih kuat, kondisi perbankan kita masih kuat, berbeda dengan krisis tahun 1998 atau 2008 di mana industri keuangan kita sudah hancur," kata Sarman di Jakarta, Rabu (30/9/2020).

Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta tersebut menegaskan bahwa, para pengusaha sejatinya tidak khawatir dengan dampak resesi, namun lebih kepada pandemi COVID-19 itu sendiri jika terjadi secara berkepanjangan.

Pandemi yang terjadi berkepanjangan ini justru berpotensi membuat para pengusaha tidak lagi mampu bertahan, me

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengantisipasi terjadinya gelombang PHK sebagai dampak dari resesi.
 
"Mengantisipasi terjadinya gelombang PHK dampak dari resesi, dengan menggiatkan balai latihan kerja (BLK) di setiap provinsi untuk membekali tenaga kerja yang di PHK, yang disesuaikan kebutuhan dan kemampuan tenaga kerja masing-masing sehingga dapat mandiri," kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo di Jakarta, Rabu.

sumber : harianterbit.com

 

Diberdayakan oleh Blogger.