GBN: Ada 100 Juta Lebih Orang Miskin di Indonesia, Waspada Kelaparan Massal


JAKARTA - Melonjaknya angka kemiskinan jadi ancaman baru di tengah mewabahnya pandemi Corona di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2020, jumlah penduduk miskin RI saat ini tercatat sebanyak 26,42 juta orang. Sementara menurut Gumregah Bakti Nusantara (GBN) saat ini ada 100 juta lebih orang miskin baru di Indonesia akibat corona.

Angka 100 juta itu, kata Presiden GBN, dr Ali Mahsun Atmo, M.Biomed, terlihat dari ambruknya sebanyak 32,5 juta (48,6%) UMKM. “Setiap UMKM menghidupi tiga orang, jadi sekitar 100 juta orang miskin baru. Kalau corona terus berkepanjangan bisa lebih dari 100 juta orang,” kata Ali Mahsun kepada Harian Terbit, Senin (7/9/2020).

Menurut Ketua Umum APKLI ini, dihadapan Presiden Joko Widodo pada 11 Agustus 2020, Gubermur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyampaikan bahwa rakyat Jabar sebelum Covid-19 yang hidupnya membutuhkan subsidi pemerintah adalah 25%, dan saat ini naik drastis menjadi 72% atau 36 juta dari total 50 juta penduduk Jabar.

Dengan demikian, kata Ali Mahsun, ada tambahan rakyat miskin di Jabar sebesar 23,5 juta akibat wabah Covid-19. “Tentunya, lebih dari 100 juta diseluruh Indonesia. Ditambah adanya PHK setiap hari dengan angka melonjak drastis juga pemicu adanya tambahan kemiskinan baru di Indonesia,” kata Ali Mahsun.

Kelaparan Massal

Ali Mahsun melanjutkan, ancaman kelaparan massal dan masif ada dihadapan kita saat ini yang bisa akibatkan persoalan sosial yang pada ujung dan akhirnya sulit atau tidak bisa dikendalikan. Jika hal tersebut terjadi maka ongkosnya terlalu mahal bagi eksistensi merah putih dan NKRI.

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah harus segera membuka kesempatan dan lahan usaha seluas-luasnya bagi UMKM diseluruh tanah sehinga roda ekonomi segera berputar kembali secara efektif seiring dengan penegakan kedisiplinan protokoler kesehatan.

Namun sebaliknya, jika ekonomi rakyat menggeliat dan berputar kembali akan jadi pilar utama dalam mengatasi resesi dan krisis ekonomi beserta dampak sosialnya di negeri ini.

“Jika diperlukan terbitkan kebijakan diskretif karena saat ini adalah force major. Bagi rakyat, tidak ada jalan lain kecuali rakyat move on, berusaha dan berekonomi kembali untuk nafkahi keluarga, serta melawan Covid-19 secara mandiri di atas kaki sendiri,” ujar pria jebolan FK Unibraw dan UI ini.

Miskin ‘Kagetan’

Sebelumnya Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bakal banyak orang miskin 'kagetan' bermunculan.

"Mereka ini adalah masyarakat yang semula dikategorikan mampu tapi sekarang jadi jatuh miskin akibat COVID-19 atau saya sebut miskin kagetan. Semula tidak miskin, sekarang jadi miskin," ungkap Muhadjir dalam siaran pers video, Jumat (8/5/2020).

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal ada sekitar 67 juta orang di Indonesia, dengan serangan virus Corona perlahan terjun ke garis kemiskinan. “Yang berada di bawah kemiskinan itu sekitar 25 juta, nah yang jadi masalah ini yang dekat sama garis kemiskinan alias hampir miskin 67 juta. Saat ada guncangan ekonomi mereka masuk ke garis kemiskinan," papar Faisal.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas mengungkapkan, setidaknya bakal ada penambahan jumlah penduduk miskin hingga 4 juta orang jika pemerintah tidak melakukan intervensi melalui program perlindungan sosial.

Dengan demikian, total penduduk miskin diproyeksi bakal meningkat dari 24,79 juta orang menjadi 28,7 juta orang. Baca juga: Bank Dunia: Bansos Pemerintah Belum mampu Tekan Lonjakan Angka Kemiskinan

"Tanpa intervensi, tingkat kemiskinan bisa mencapai 10,63 persen, naik 4 juta orang dari 24 juta menjadi 28 juta," jelas Suharso Monoarfa ketika melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (22/6/2020).

sumber : harianterbit.com
Diberdayakan oleh Blogger.