Indonesia Masuk Jurang Resesi Ekonomi

JAKARTA - Sejumlah kalangan memastikan Indonesia masuk jurang resesi karena dua kuartal pertumbuhan ekonomin yang negatif. Pada kuartal II-2020 pertumbuhan minus 5% sampai minus 7%. Demikian di kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 yang kalau berkelanjutan dampaknya akan buruk.

Analis Ekonomi dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra membenarkan apa yang dikatakan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, yang menyebut perekonomian Indonesia dipastikan bakal memasuki resesi ekonomi.

Dia memprediksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2020 akan minus sampai -4 atau -5 persen. "Tapi resminya tunggu pengumuman oleh BPS (Badan Pusat Statistik)," kata Gede Sandra kepada Harian Terbit, Selasa (4/8/2020).

Gede memaparkan, sebagai diantisipasi agar hantaman resesi ekonomi semakin parah maka logika penyelamatan ekonomi pemerintah harus dibalik. Karena selama ini stimulus ekonomi diprioritaskan untuk orang kaya pemilik perusahaan-perusahaan besar, bukannya memprioritaskan rakyat ekonomi menengah ke bawah untuk meningkatkan daya beli.

"Padahal orang kaya itu bila diberikan bantuan, pasti akan digunakan untuk spekulasi lagi, apakah itu membeli saham perusahaannya sendiri (buyback), membeli emas, valas, dan aset properti (yang harganya sudah jatuh 50%)" jelasnya.

Gede mengemukakan, upaya lain meningkatkan daya beli masyarakat menengah kebawah adalah stimulus sebesar Rp800 ribu perbulan, yang ditransfer ke rekening bank, harus diberikan untuk setiap masyarakat miskin dan hampir miskin.

Menurutnya, resesi tidak bisa dihindari, walaupun pemerintah memberikan stimulus Rp800 ribu/bulan untuk masyarakat menengah ke bawah. Namun antipati yang dilakukan pemerintah seperti memberikan stimulus Rp800 ribu/bulan untuk masyarakat menengah ke bawah adalah salah satu cara untuk secepatnya mengangkat ekonomi dari resesi.

Bakal Parah

Dalam video yang diunggah dalam facebook pribadinya, Minggu (2/8/2020), mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, mengatakan perekonomian Indonesia dipastikan bakal memasuki resesi ekonomi.

Menurut Sandi, kabar mengenai negatifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua kuartal itu bakal diumumkan pada 5 Agustus 2020 nanti.

Politikus Partai Gerindra itu memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II bakal mengalami kontraksi cukup parah. Kontraksi itu, kata Sandi, mencapai minus 6 persen, lebih tinggi dari ramalan pemerintah.

“Di kuartal II 2020 ini, saya prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi besar mengalami kontraksi. Bahkan hingga minus 6 persen jika sektor konsumsi belum pulih karena pelemahan daya beli masyarakat,” ujarnya.

Ia kemudian menyarankan, pemerintah harus mempercepat realisasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN) demi mengurangi dampak dari resesi. Terutama realisasi anggaran kesehatan, bantuan sosial, serta insentif untuk UMKM.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 4,3 persen. Namun belum dikatakan resesi sebab pertumbuhan ekonomi pada kuartal I masih positif, yakni 2,97 persen. Ekonomi disebut resesi bila pertumbuhan ekonomi selama 2 kuartal berturut-turut negatif.

Soal resesi ekonomi juga dikatakan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. AHY, sapaan akrab Agus memastikan Indonesia masuk jurang resesi karena dua kuartal yang negatif.

"Kita dipastikan resesi. Kuartal II-2020 itu pertumbuhan minus 5% sampai minus 7%. Demikian di kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 yang kalau berkelanjutan dampaknya akan buruk," kata AHY dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV seperti dikutip CNBC Indonesia, Senin (3/8/2020).

Tumbuh Negatif

Sebelumnya, ekonom senior Rizal Ramli mengatakan Indonesia saat ini sudah masuk kedalam jurang resesi ekonomi, hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh negatif.

"Kita sudah masuk resesi, pertumbuhan ekonomi sudah negatif, pengangguran meningkat karena banyak PHK," kata Rizal dalam sebuah diskusi secara virtual, Kamis (16/7/2020).

Rizal tak menampik jika Pandemi Virus Corona atau Covid-19 menjadi biang keladinya, walau sebelum adanya wabah tersebut, Perekonomian Indonesia sudah bermasalah.

"Sekarang pertanyaannya, adakah di Pemerintahan Jokowi, ada yang bisa mengembalikan situasi ini (krisis)? Mohon maaf, saya bilang tidak ada," kata Rizal.

sumber : harianterbit.com
Diberdayakan oleh Blogger.