New Normal, Aktivitas Warga Mulai Menggeliat



JAMBI - Setelah Pemerintah Provinsi Jambi menyatakan siap menghadapi Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Covid 19 (New Normal), aktivitas sebagian masyarakat di Jambi mulai terlihat.

Pemerintah membolehkan bagi kabupaten yang masuk paluta zona hijau untuk membuka sektor pendidikan dan menjalankan proses belajar mengajar di sekolah.

Begitu juga dengan para buruh, mereka juga telah mulai bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup, tanpa mengabaikan protokol kesehatan.

Sukirman (43) Warga Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Jambi mengatakan, sejak mewabahnya virus corona perekonomian keluarganya terganggu. Sebagai pekerja serabutan, dirinya kewalahan memenuhi kebutuhan hidup.

"Sejak corona, agak jarang orang membangun rumah, jadi kami nyaris kehilangan mata pencarian, untunglah kesulitan ini tak lama. Kalau terus menerus, kami yang tukang bangunan ini bisa-bisa tidak makan," ujar Sukirman, Minggu (12/7/20).

Pria paruh baya yang menghidupi satu istri dan tiga orang anak ini menuturkan, penghasilanya untuk biaya hidup sehari-hari tergantung pada keahliannya sebagai tukang bangunan. "Nah, kalau lagi tak dapat borongan, mau makan apa," sebutnya.

Sedangkan menurut Sukirman, untuk mendapatkan pekerjaan harus ada orang yang membangun rumah. Saat ini semua orang dalam masa sulit, jadi orang lebih mengutamakan kebutuhan hidup ketimbang membangun atau merehab rumah.

Lain halnya dengan Sumadi (32), menurutnya selain masalah pandemi Covid 19, penyebab lain sepinya borongan para tukang bangunan karena tinnginya harga material bangunan.

Harga semen saja kisaran Rp 63 hingga Rp 65 ribu per sak, pasir Rp 300 per dam truk sekitar 4 kubik.

Apalagi batu bata, yang awalnya hanya Rp 300 per biji sekarang Rp 400 hingga Rp 450 per biji. Belum lagi besi dan lainnya, sedangkan upah tukang kalau dinaikan sedikit akan beralih ke tukang lain.

"Saat ini sedang krisis, jadi siapa yang mau membangun rumah, nah, kalau tidak ada yang membangun, tukang kan tak dapat pekerjaan," sebutnya.

Sementara itu Ko Alung pedagang material bangunan di Talangbakung, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi membenarkan kalau sejak adanya pandemi Covid 19 daya beli masyarakat terhadap material bangunan menurun drastis.

"Sekarangkan lagi krismon (krisis moneter/red), yang beli bahan memang orang tertentu atau pemborong yang mengerjakan proyek pemerintah," jelasnya.

Dikatakannya, dengan sepinya pembeli bahan bangunan, dirinya cepat mengambil langkah. Salah satunya tidak mau menyetok semen terlalu banyak, kalau bahan lainnya tetap karena tidak rusak. "Kalau semen lama disimpan, nanti keras tidak laku lagi," tuturnya.

Pemilik toko bangunan ini menampik kabar tentang naiknya harga material bangunan. Mulai dari sebelum adanya pandemi corona hingga saat ini harga bahan bangunan tetap segitu.

"Sebenarnya bukan naik, tapi kondisi perekonomian masyarakat lagi down, makanya harga yang biasa saja terasa jadi lebih mahal," pungkasnya. (ref)






Diberdayakan oleh Blogger.