Jangan Sepelekan Bahaya Kemasan Mengandung BPA
JAKARTA - Dalam kehidupan sehari-hari, istilah BPA atau bhispenol A tidak lagi
asing. Zat kimia industri ini kerap digunakan dalam pembuatan wadah
kemasan plastik, produk rumah tangga hingga botol susu atau minuman.
Dikutip dari situs Mayor Clinic, Direktur the Mayo Clinic Complementary and Integrative Medicine Program, dr. Brent A. Bauer, menjelaskan, biasanya BPA digunakan untuk produksi plastik dan resin. Zat kimia tersebut memiliki sifat beracun dan terindikasi dapat menyebabkan penyakit kanker.
Oleh karena itu, sering muncul himbauan untuk tidak memanaskan makanan menggunakan wadah plastik yang mengandung BPA. “Apabila hal itu terjadi, proses tersebut menyebabkan sejumlah zat kimia dari kemasan akan terlepas dan masuk ke dalam makanan,” katanya.
Sementara berdasarkan situs khusus yang membahas BPA, yakni Facts About BPA, kandungan BPA ini dapat ditemukan di beberapa benda, antara lain Kemasan plastik. BPA bisa terkandung dalam botol minuman, tempat makan, wadah penyimpan makanan dan lainnya.
Setiap kemasan plastik memiliki kode resin berbentuk segitiga bernomor di bawah kemasan. BPA biasanya ditemukan dalam plastik berjenis Polyvinyl Chloride (Kode Resin 3) dan Polycarbonate (Kode Resin 7).
Jika Anda memiliki kemasan plastik berkode tersebut, Anda bisa lebih berhati-hati dalam menggunakannya. Agar lebih aman dan terhindar dari BPA, Anda bisa mulai mencari produk berlabel BPA Free atau Food Grade.
Selain itu dapat ditemukan pada kemasan kaleng. Hal ini bisa saja terjadi karena BPA dapat menempel pada lapisan epoksi. Lapisan epoksi sendiri banyak digunakan untuk produk makanan kaleng.
Selanjutnya mainan anak. Anak-anak biasanya tertarik dengan mainan berwarna yang memiliki beragam bentuk. Meski berwujud mainan, bukan berarti BPA tidak lepas dari bahan plastiknya. Oleh karena itu, pilihlah mainan yang aman untuk anak, terutama jika mainan tersebut bisa masuk ke dalam mulut.
Sebuah studi dari Washington State University yang dimuat di situs Science Daily mengemukakan, BPA yang masuk ke dalam tubuh berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma bahkan mengubah fungsi imunitas tubuh.
Tak hanya itu, BPA juga berdampak pada peningkatan risiko penyakit jantung, kanker, kelainan organ hati dan gangguan perilaku pada anak kecil. Inilah mengapa banyak produk bayi yang memberikan klaim bahwa produk mereka bebas dari BPA.
Setelah mengetahui hal-hal penting terkait BPA, kini kita bisa menerapkan berbagai cara untuk menghindarinya. Mencegah BPA dapat dilakukan sedini mungkin mulai dari memperhatikan kode resin plastik yang akan digunakan sebagai kemasan, menggunakan kemasan plastik dalam kurun waktu tertentu dan tidak memanaskan makanan di dalam kemasan plastik. (arbi)
sumber : harianterbit.com
Dikutip dari situs Mayor Clinic, Direktur the Mayo Clinic Complementary and Integrative Medicine Program, dr. Brent A. Bauer, menjelaskan, biasanya BPA digunakan untuk produksi plastik dan resin. Zat kimia tersebut memiliki sifat beracun dan terindikasi dapat menyebabkan penyakit kanker.
Oleh karena itu, sering muncul himbauan untuk tidak memanaskan makanan menggunakan wadah plastik yang mengandung BPA. “Apabila hal itu terjadi, proses tersebut menyebabkan sejumlah zat kimia dari kemasan akan terlepas dan masuk ke dalam makanan,” katanya.
Sementara berdasarkan situs khusus yang membahas BPA, yakni Facts About BPA, kandungan BPA ini dapat ditemukan di beberapa benda, antara lain Kemasan plastik. BPA bisa terkandung dalam botol minuman, tempat makan, wadah penyimpan makanan dan lainnya.
Setiap kemasan plastik memiliki kode resin berbentuk segitiga bernomor di bawah kemasan. BPA biasanya ditemukan dalam plastik berjenis Polyvinyl Chloride (Kode Resin 3) dan Polycarbonate (Kode Resin 7).
Jika Anda memiliki kemasan plastik berkode tersebut, Anda bisa lebih berhati-hati dalam menggunakannya. Agar lebih aman dan terhindar dari BPA, Anda bisa mulai mencari produk berlabel BPA Free atau Food Grade.
Selain itu dapat ditemukan pada kemasan kaleng. Hal ini bisa saja terjadi karena BPA dapat menempel pada lapisan epoksi. Lapisan epoksi sendiri banyak digunakan untuk produk makanan kaleng.
Selanjutnya mainan anak. Anak-anak biasanya tertarik dengan mainan berwarna yang memiliki beragam bentuk. Meski berwujud mainan, bukan berarti BPA tidak lepas dari bahan plastiknya. Oleh karena itu, pilihlah mainan yang aman untuk anak, terutama jika mainan tersebut bisa masuk ke dalam mulut.
Sebuah studi dari Washington State University yang dimuat di situs Science Daily mengemukakan, BPA yang masuk ke dalam tubuh berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma bahkan mengubah fungsi imunitas tubuh.
Tak hanya itu, BPA juga berdampak pada peningkatan risiko penyakit jantung, kanker, kelainan organ hati dan gangguan perilaku pada anak kecil. Inilah mengapa banyak produk bayi yang memberikan klaim bahwa produk mereka bebas dari BPA.
Setelah mengetahui hal-hal penting terkait BPA, kini kita bisa menerapkan berbagai cara untuk menghindarinya. Mencegah BPA dapat dilakukan sedini mungkin mulai dari memperhatikan kode resin plastik yang akan digunakan sebagai kemasan, menggunakan kemasan plastik dalam kurun waktu tertentu dan tidak memanaskan makanan di dalam kemasan plastik. (arbi)
sumber : harianterbit.com