Penurunan Harga BBM Saat Ini Tidak Akan Terlalu Berdampak
JAKARTA - Harga minyak dunia terus terpuruk bahkan sempat jatuh ke level
terendah sejak tahun 2002 yaitu harga minyak mentah West Texas
Intermediate di AS turun 6,6 persen atau USD 1,42 menjadi USD 20,09 per
barel, sedangkan untuk harga minyak mentah Brent yang merupakan patokan
dunia turun 8,7 persen menjadi USD 22,76 per barel yang terjadi pada
Selasa, (31/3/2020) yang lalu.
Hari ini, Kamis (3/2/2020) harga minyak dunia kembali meroket dimana untuk West Texas Intermediate naik sebesar 24,67% menjadi USD 25,32 per barrel sedangkan minyak mentah Benchmark internasional, minyak mentah Brent melonjak 17,8 persen, atau USD 4,40, diperdagangkan pada USD 29,14 per barel.
Dengan kondisi seperti ini, pemerintah maupun badan usaha belum juga menurunkan harga BBM subsidi maupun BBM non subsidi.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Executive Energy Mamit Setiawan mengatakan bahwa saat ini penurunan harga BBM baik itu subsidi maupun non subsidi masih belum bisa dilakukan.”Saya melihatnya untuk bulan ini sepertinya belum bisa diturunkan harga BBM baik itu subsidi maupun non subsidi.
Hal ini disebabkan saat Pertamina membeli minyak mentah maupun produk harganya masih belum mengalami penurunan secara signifikan seperti saat ini.
"Pertamina biasanya mengimpor 1-2 bulan lalu saat harga minyak dunia masih diangka US$ 50 per barrelnya.” ujar Mamit dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (3/4/2020).
Dia juga menyampaikan bahwa salah satu faktor sebagai untuk penghitungan harga BBM adalah kurs mata uang rupiah dengan mata uang dollar AS.
”Saat ini kurs mata uang kita babak belur dalam menghadapi mata uang dollar AS. Jadi, memang masih menjadi beban bagi Pertamina dalam menghitung rencana penurunan BBM tersebut” kembali Mamit menegaskan.
Menurut dia, penuruanan harga BBM ditengah pandemik COVID-19 ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan kepada masyarakat.
”Saat ini kegiatan masyarakat adalah bekerja di rumah. Mereka mengurangi aktivitas mobilisasi sehingga jika dilakukan penurunan BBM saat ini tidak memberikan multiplier effect yang cukup signifikan” ujarnya.
“Saya kira Pertamina harus menurunkan harga BBM ketika kita sudah dalam kondisi normal dan masyarakat kembali beraktivitas dengan harapan bisa menumbuhkan kembali perekonomian masyarakat yang sudah terpuruk saat pandemi COVID-19 ini dengan harapan ke depan harga minyak dunia tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan” pungkasnya. (oni)
sumber : harianterbit.com
Hari ini, Kamis (3/2/2020) harga minyak dunia kembali meroket dimana untuk West Texas Intermediate naik sebesar 24,67% menjadi USD 25,32 per barrel sedangkan minyak mentah Benchmark internasional, minyak mentah Brent melonjak 17,8 persen, atau USD 4,40, diperdagangkan pada USD 29,14 per barel.
Dengan kondisi seperti ini, pemerintah maupun badan usaha belum juga menurunkan harga BBM subsidi maupun BBM non subsidi.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Executive Energy Mamit Setiawan mengatakan bahwa saat ini penurunan harga BBM baik itu subsidi maupun non subsidi masih belum bisa dilakukan.”Saya melihatnya untuk bulan ini sepertinya belum bisa diturunkan harga BBM baik itu subsidi maupun non subsidi.
Hal ini disebabkan saat Pertamina membeli minyak mentah maupun produk harganya masih belum mengalami penurunan secara signifikan seperti saat ini.
"Pertamina biasanya mengimpor 1-2 bulan lalu saat harga minyak dunia masih diangka US$ 50 per barrelnya.” ujar Mamit dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (3/4/2020).
Dia juga menyampaikan bahwa salah satu faktor sebagai untuk penghitungan harga BBM adalah kurs mata uang rupiah dengan mata uang dollar AS.
”Saat ini kurs mata uang kita babak belur dalam menghadapi mata uang dollar AS. Jadi, memang masih menjadi beban bagi Pertamina dalam menghitung rencana penurunan BBM tersebut” kembali Mamit menegaskan.
Menurut dia, penuruanan harga BBM ditengah pandemik COVID-19 ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan kepada masyarakat.
”Saat ini kegiatan masyarakat adalah bekerja di rumah. Mereka mengurangi aktivitas mobilisasi sehingga jika dilakukan penurunan BBM saat ini tidak memberikan multiplier effect yang cukup signifikan” ujarnya.
“Saya kira Pertamina harus menurunkan harga BBM ketika kita sudah dalam kondisi normal dan masyarakat kembali beraktivitas dengan harapan bisa menumbuhkan kembali perekonomian masyarakat yang sudah terpuruk saat pandemi COVID-19 ini dengan harapan ke depan harga minyak dunia tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan” pungkasnya. (oni)
sumber : harianterbit.com