Pedagang Masker di Kota Jambi, Marak


Suroto,pedagang masker. foto jambiterbit.com

KOTA JAMBI - Sejak mewabahnya virus corona, di Kota Jambi, banyak bermunculan pedagang masker dari bahan kain. Para pedagang ini menggelar lapak dagangannya di pinggir - pinggir jalan di dalam Kota Jambi.

Masker terbuat dari kain berwarna-warni tersebut dipajang dengan cara digantung pada seutas tali yang ditambatkan pada kayu penyangga. Jika tertiup angin masker yang dibungkus kantong plastik tersebut melambai-lambai bak sebuah dekorasi kamar pengantin.

"Harga sehelai masker Rp 10 ribu. Namun untuk du helai bisa Rp 15 ribu. Terkadang ada juga yang dijual Rp 5000," ujar Maskun (46) pedagang masker di Jalan Lingkarselatan, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi, Rabu (23/04/20).

Warga Kelurahan Talangbakung, Kota Jambi ini mengaku telah 10 hari berjualan masker, karena barang dagangan lain yang dijualnya kurang laku. Masker yang dijual hasil produksi sendiri.

Saat baru-baru berjualan masker, Maskun mendapatkan keuntungan lumayan besar. Bahkan keuntungannya mencapai dua kali lipat dari modal.

Pernah dalam satu hari dia menghabiskan hampir 100 helai masker. Dia bilang saat itu mendapat Rp 700 hingga Rp 800 ribu perhari. "Namun sekarang agak sepi, paling-paling pendapatan sekitar Rp 200 ribu perhari," tuturnya.

Maskun mengaku sedikit terbantu dengan berjualan masker ditengah "krisis ekonomi" akibat wabah corona. Tapi sebaliknya, barang dagangan lain seperti minuman suplemen dan air mineral serta makanan jajanan lainnya tidak laku. "Ya, Mungkin karena warga jarang keluar rumah," ujarnya.

Dengan hasil berjualan masker, pria paroh baya ini dapat menyambung hidup bersama istri dan 4 orang anaknya.

Maskun bukan satu-satunya pedagang kaki lima (PKL) di Kota Jambi yang terdampak ekonomi karena wabah ini. Masih banyak Maskun-Maskun lainnya yang bernasib sama bahkan lebih parah.

Suroto (36) misalnya, pedagang masker dari kain yang satu ini mengaku menjual masker yang diperoleh dengan cara membeli dari produsen. Dia mengambil untung tidak seberapa besar.

Ironisnya, Suroto tidak memiliki lapak pedagang, dia menggelar maskernya di tepi pagar sebidang tanah di pinggir Jalan Lingkarselatan, Kota Jambi.

Dengan modal dua buah payung besar, masker tersebut digantungkan dengan sutas tali. Dia pun duduk di tanah beralas tikar menunggu pembeli.

Mengenai hasil penjualan tak ubahnya seperti yang dialami Maskun. Hanya saja keuntungan Suroto lebih kecil karena dia tidak membuat masker sendiri.

"Kalau hasil alhamdulilah pak, kalau dalam sehari tidak tentu berapa hasilnya. Rata -rata sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu. Sekarang pendapatan malah turun pak," sebutnya.

Suroto menduga menurunya permintaan akhir-akhir ini karena telah terlalu banyak pedagang masker. Ditambah lagi harga jual dari produsen agak tinggi.

"Dalam satu helai masker, saya hanya dapat untung 3 ribu sampai 5 ribu rupiah," pungkasnya. (ref)
Diberdayakan oleh Blogger.