Tak Perlu Menjadikan Pasangan sebagai Pusat Semua Duniamu


JAMBITERBIT.COM, JAKARTA - Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita.

Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.

Oleh: Anisa Lestari

Saat pertama menjalani hubungan asmara ini semuanya berjalan dengan sangat baik, bahkan aku merasa sangat bahagia karena ada seorang pria yang begitu mencintaiku. Tak sedikit orang yang merasa iri dengan hubungan kami berdua yang selalu terlihat penuh cinta. Aku merasa hidupku sudah sangat sempurna dengan kehadirannya, bagiku dialah pusat duniaku.

Atas nama cinta dia sangat posesif kepadaku mengontrol semua aktivitasku, membatasi semua kegiatanku, bahkan menjauhkan aku dari sahabat serta keluargaku dan aku pun sangat bergantung kepadanya. Apabila aku tidak menuruti semuanya dia akan sangat marah, tak jarang dia juga mengancamku.

Semakin lama dia bersikap seenaknya kepadaku, ia sering membandingkan aku dengan perempuan lain dan mengejek penampilanku dengan mengatakan jelek, tidak modis dan terlihat tua, dia pun menuntut aku untuk berubah. Aku pun sering merasa bahwa aku memang jelek sehingga selalu berusaha untuk berubah meski tidak menjadi diriku sendiri.

Setelah semua pengorbananku ternyata dia berselingkuh dengan perempuan lain. Meski hidupku terasa hancur namun aku takut untuk berpisah darinya karena bagiku dia adalah pusat duniaku sehingga aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku pun bertahan meski hidup dalam rasa sakit. Aku menjadi pemurung padahal dulu aku orang yang ceria, tidak percaya diri, tidak nyaman dengan diri sendiri, bahkan aku menarik diri dari lingkungan.

Setelah sekian lama aku bertahan dan mengorbankan segalanya untuk dia, ternyata dia kembali berselingkuh. Aku pun mengalami kelelahan secara mental dan fisik. Akhirnya aku menyadari bahwa hubungan ini sudah tidak sehat karena seharusnya cinta itu menguatkan bukan melemahkan, seharusnya cinta itu membuat perasaan menjadi  bahagia bukan membuat perasaan menderita.

Meskipun memang sulit dan terasa berat aku meminta untuk mengakhiri hubungan. Tentu saja tidak mudah karena dia selalu mengancamku, namun aku bertekad untuk bisa lepas dari dia. (Endah Wijayanti)

Sumber : fimela.com
Diberdayakan oleh Blogger.